NATO Siapkan Pertemuan Puncak di Den Haag untuk Bahas Masa Depan Aliansi merupakan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tengah mempersiapkan pertemuan puncak yang dijadwalkan berlangsung di Den Haag pada Juli 2025. Pertemuan ini menjadi momen strategis penting bagi aliansi militer terbesar di dunia untuk merumuskan arah dan peran barunya dalam menghadapi tantangan geopolitik abad ke-21.
Di tengah ketegangan global yang meningkat akibat konflik berkepanjangan di Ukraina, meningkatnya pengaruh Tiongkok, serta dinamika baru di kawasan Indo-Pasifik, NATO menghadapi pertanyaan mendasar: Bagaimana memastikan keamanan kolektif tanpa memicu ketegangan lebih lanjut?
Pertemuan yang akan dihadiri oleh 32 kepala negara dan pemerintahan anggota NATO ini juga diharapkan menghasilkan langkah konkret untuk memperkuat kesiapan militer, meningkatkan interoperabilitas teknologi pertahanan, serta memperluas kerja sama dengan mitra strategis di luar kawasan Atlantik Utara.
Agenda Utama: Adaptasi dan Ekspansi Peran
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, dalam pernyataan pra-KTT menyebutkan bahwa dunia kini menghadapi “era persaingan kekuatan besar” dan bahwa NATO harus bertransformasi dari aliansi yang reaktif menjadi organisasi yang proaktif.
“Pertemuan di Den Haag akan membahas bagaimana NATO dapat lebih cepat beradaptasi, tidak hanya terhadap ancaman militer konvensional, tetapi juga ancaman hibrida seperti serangan siber, disinformasi, dan gangguan energi,” ujar Stoltenberg.
Salah satu topik utama yang akan dibahas adalah peningkatan anggaran pertahanan dari seluruh anggota. Sejak 2022, NATO telah mendorong semua negara anggotanya untuk memenuhi target pengeluaran militer sebesar 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, beberapa negara anggota Eropa masih belum mencapai komitmen tersebut, memicu ketegangan internal dalam aliansi.
Isu Keanggotaan dan Peran Global
Den Haag juga akan menjadi panggung bagi diskusi lebih lanjut mengenai kemungkinan ekspansi NATO, terutama terkait permohonan keanggotaan dari Ukraina dan Bosnia-Herzegovina. Meski tidak diharapkan keputusan final dalam KTT kali ini, tekanan politik dari negara-negara Eropa Timur kemungkinan akan mendorong pembahasan serius.
Selain itu, hubungan NATO dengan negara-negara mitra di kawasan Indo-Pasifik — seperti Jepang, Australia, Korea Selatan, dan Selandia Baru — juga akan dibahas dalam konteks peningkatan kolaborasi strategis. Hal ini mencerminkan arah baru NATO sebagai aktor keamanan global, bukan hanya regional.
Tantangan Internal dan Eksternal
Pertemuan ini juga berlangsung di tengah munculnya ketegangan internal, termasuk perbedaan pandangan soal perang Ukraina, pendekatan terhadap Tiongkok, dan keterlibatan militer di luar kawasan Eropa. Sejumlah analis memperingatkan bahwa kegagalan dalam membangun konsensus dapat melemahkan kredibilitas NATO di mata publik dan mitra global.
Di sisi lain, NATO juga harus menghadapi meningkatnya sentimen skeptis terhadap aliansi di beberapa negara anggotanya sendiri. Isu keterlibatan dalam konflik asing dan tekanan anggaran pertahanan sering menjadi bahan perdebatan domestik di negara-negara seperti Jerman, Prancis, dan Turki.
Penutup
Pertemuan puncak NATO di Den Haag 2025 menjadi tonggak penting dalam perjalanan aliansi ini yang telah berusia lebih dari 75 tahun. Dengan dunia yang semakin tidak stabil dan penuh ketidakpastian, KTT ini diharapkan mampu menghasilkan visi bersama untuk masa depan NATO — sebagai pelindung keamanan transatlantik sekaligus aktor global yang adaptif dan relevan.